Pacitan: Pesona yang Tertunda (Part 3-Habis: Menjelajah Obyek Wisata)

Yak, tibalah kita di part penghabisan, part 3. Kali ini di part 3, yang katanya paling ditunggu-tunggu ini, akan sedikit bercerita tentang sebuah kisah anak manusia. Maaf, malah nyanyi. Maksudnya tentang tempat wisata andalah di Pacitan yang selayaknya Anda coba dan Anda kunjungi. Biaya? Tidak perlu habis sampai 1,5 juta seperti kalau Anda ke Kuala Lumpur pakai pesawat. Ke Pacitan (dari Surabaya), Rp 150.000 pun saja sudah cukup termasuk menginap, makan, bensin. Murah to? Wenak to? Makanya, cintailah Indonesia.
Semua foto yang ada di tulisan ini menggunakan Sony Xperia X10 Mini Pro dengan kameramen saya sendiri dan Nikon D3100 dengan kameramen sahabat saya sendiri, Adi Nugroho Habibie. Selamat menikmati, selamat terkagum-kagum :D

POS 1: PANTAI TELENG RIA

Seperti yang sudah saya ulas di awal, kawasan teluk Pacitan yang berada persis 3 km di selatan Kota Pacitan ini dibagi menjadi 3 bagian: Pancer (bumi perkemahan), Teleng Ria (Pantai wisata dengan fasilitas yang lengkap), dan pelabuhan ikan (dengan dermaga yang oke dan SPBU khusus kapal nelayan yang menjual solar dan premium). Spot paling terkenal adalah Teleng Ria. Karena selain tempatnya sudah sangat tertata (kabarnya merupakan salah satu obyek wisata andalan Pemkab Pacitan yang sudah dikelola dengan baik), Pantai Teleng Ria juga dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang yang sangat oke, mulai dari warung makan tenda, rumah makan, toilet, taman bermain, waterboom, mushola yang luas bagus dan bersih, dan juga gazebo-gazebo yang bisa menjadi tempat untuk sekedar 'leyeh-leyeh' di tepi pantai. Selain itu, pantai ini ombaknya sangat tenang dan pantainya memiliki perairan yang dangkal (karena merupakan teluk) sehingga pengunjung bisa berenang sampai ke tengah. Tapi tetap hati-hati karena sejak dulu jaman saya pertama kali ke pantai ini, pantai ini cukup dikenal dengan banyaknya ubur-ubur (terutama ketika musim ubur-ubur tiba) sehingga cukup sering pengunjung terkena serangan ubur-ubur. Sebagai info, sengatan ubur-ubur dapat memicu reaksi alergi dari tubuh (karena release histamin) dan dapat mengakibatkan shock anafilaktik yang dapat memicu kematian. Makanya, cukup hati-hati dengan hal ini. Selain itu, pantai Teleng Ria juga cukup kotor. Pantai Teleng Ria dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan (ada kendaraan umum juga, atau naik bus ke arah barat, ikut sampai teleng Ria). Pantai ini hanya berjarak 3 km ke arah barat dari Kota Pacitan. Cukup 15 menit perjalanan ke lokasi.
Biaya masuk? Tidak perlu khawatir. Setiap orang cukup membayar Rp 5000,00 saja. Total 5 orang dan 1 mobil cukup membayar Rp 32.500,00. Beruntung bagi Anda yang datang setelah subuh, sebelum matahari terbit. Anda dapat menyaksikan panorama sunrise yang begitu menawan di Pantai Teleng Ria ini: matahari menyembul dari balik perbukitan yang membentang di timur Teluk Pacitan.

 Jelang Fajar di Teluk Pacitan (Taken by Sony Xperia X10 Mini Pro)
 Ketika Matahari Malu Show Off (Taken by Sony Xperia X10 Mini Pro)
 3 Pria Menanti Harapan Fajar (Taken by Nikon D3100. Fotografer: saya sendiri (pinjem kamera))
Jelang Kepulanganku Ke Sarang (Taken by Nikon D3100. Fotografer: saya sendiri (pinjem lagi mang))

Menarik bukan viewnya? Ini baru satu objek lhoo. Masih ada yang lainnya. Kebetulan sekali ketika kemarin terakhir ke Pacitan saya bisa tiba sebelum mentari terbit (sekitar jam 04.50). Jadi, saya masih kebagian momen yang bagus. Biasanya saya tiba di Pacitan pukul 13.00 karena perjalanan dari Jogja biasanya sudah siang. 
 Suasana Pelabuhan kalau siang (Koleksi foto lawas pribadi)
 Bersama Merajut (Jaring) Impian (Koleksi foto lawas pribadi)

Ketika mentari sudah terbit dan waktu menunjukkan pukul 06.30, sebaiknya Anda bergegas berjalan 300 meter ke arah pelabuhan dari pintu masuk. Anda akan menemukan sebuah surga baru bagi penggemar ikan goreng. Ada pasar ikan matang disitu. Ada juga mushola bagi yang ingin istirahat sejenak dan menunaikan sholat (mushola yang sangat bersih untuk ukuran mushola pantai). Harga ikan matang (dimasak goreng tepung dengan bumbu yang kemranyas) sangat murah di pasar tersebut. Hanya Rp 35000/kg ikan. Biasanya bisa dapat 5-8 potong. Ikan yang tersedia tergantung musim. Pada saat itu tersedia ikan pari, ikan hiu, ikan tengiri, tuna, tongkol, layur, wader laut, dan udang. Untuk wader laut dan udang tersedia dengan harga Rp 15000/kg. Wow, murah bukan? Jika Anda masih keberatan dengan harga tersebut, jangan segan-segan menawar karena ibu penjual tidak akan segan-segan memberikan diskon atau bonus. Pasar ini buka mulai pukul 06.30 dan mulai tutup/habis pada pukul 17.00.

Ikan segini + nasi 5 cukup buat makan kenyang 5 orang. Cuma Rp 50.000. Harga yang sangat murah bagi kami yang dibiasakan harus makan ikan laut mahal di Surabaya. Inipun masih sisa dan bisa dipakai ngemil di jalan.

POS 2: GOA TABUHAN

Setelah puas memandangi panorama Teleng Ria (dari foto, buat para pembaca xixixixi), bisa bergegas menuju ke Goa Tabuhan. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh dari Kota Pacitan. Sekitar 25 km ke arah barat (menuju ke arah Punung-Wonogiri), atau sekitar 35 menit dengan kendaraan pribagi (tidak disarankan naik angkutan umum). Sampai di pertigaan setelah Punung, akan ada plang: lurus ke arah Baturetno, kiri ke arah Pracimantoro-Wonosari. Ambil ke arah kiri. Lebih kurang 2 km setelah pertigaan, ada plang belok ke kiri arah Goa Tabuhan. Jalan masuk cukup kecil. Hanya cukup untuk 2 mobil papasan, itu pun ngepres pres pres. Biasanya, jika libur panjang ramai dengan bus-bus besar dari luar kota. Dari pertigaan terakhir ke goa jaraknya sekitar 1 km dan Anda bisa parkir persis di depan goa. Biaya masuk? Sangat murah juga. Cuma Rp 3000 per orang dan Rp 5000 per mobil.
Apa istimewanya Goa Tabuhan? Goa Tabuhan memang tidak se-terkenal Goa Gong. Goa Tabuhan termasuk salah satu goa andalan pariwisata Kabupaten Pacitan selain Goa Putri dan Goa Gong. Goa ini terdiri dari stalagtit dan stalagmit yang tumbuh dengan baik membentuk lempeng-lempeng besar. Pada bagian tertentu dari goa ini, stalaktit yang dipukul (ditabuh) akan mengeluarkan suara mirip dengan gamelan. Namun, Anda tidak boleh menabuhnya sembarangan. Jika Anda ingin mendengarkan dendang tabuhan dari stalagtit goa ini, Anda dapat menghubungi guide dari warga sekitar dan membayar Rp 100.000 untuk 2-3 lagu (sebaiknya jika Anda datang berombongan). Atau lebih beruntung jika ada rombongan yang rela membayar dan Anda tinggal menikmati gendingnya saja :D. Lagu yang biasa dimainkan adalah lagu-lagu populer Jawa karena suaranya mirip gamelan.
Lebih kedalam lagi, Anda bisa menjumpai pertapaan dan tempat persembunyian (lupa digunakan oleh siapa). Untuk berkunjung ke dalam, Anda diharuskan menyewa guide dan menggunakan jasa senter seharga Rp 30.000 (sejak dulu sampai kemarin kesana belum pernah masuk ke dalam).
Goa ini cukup bagus dan cukup menarik. Sayangnya, sudah banyak coret-coret tangan jahil di dinding goa. Banyak juga stalagtit-stalagmit yang sudah mati. Sebagai info, stalagtit-stalagmit itu merupakan benda hidup, bisa bertumbuh dan berkembang terus. Stalagtit-stalagmit yang masih tumbuh, biasanya ditandai dengan adanya tetesan air yang masih aktif. Di ujung-ujung stalagtit-stalagmit juga masih terdapat lapisan yang sangat tipis seperti embun, tapi lebih mirip lapisan sutra, terlihat sangat halus seperti kristal dan sangat menggoda untuk dipegang. Nah, saran dari kawan-kawan geologi, sebaiknya jika Anda menemukan yang seperti ini, jangan dipegang. Sekali memegang, maka Anda telah menghentikan pertumbuhan stalagtit-stalagmit (padahal jika terus bertumbuh, ini bisa jadi batu kristal yang sangat mahal harganya) karena minyak di jari-jari Anda dapat melapisi lapisan tipis tadi dan mengakibatkan zat-zat kapur tidak bisa terdeposisi di lapisan tadi. Tidak semua stalagtit-stalagmit hidup. Ada juga yang sudah mencapai akil baliknya dan mati.

Sang Bibir Goa Menganga (Taken by Sony Xperia X10 Mini Pro)

POS 3: GOA GONG

Biasanya, biasanya sih, setelah dari Goa Tabuhan, pengunjung akan melanjutkan perjalanan langsung ke Goa Gong. Jika Anda menggunakan bus besar (rombongan), maka Anda bisa memilih untuk membawa bis sampai ke Goa Gong lewat jalur luar, atau menyewa angkudes sampai ke Goa Gong. Jika Anda menggunakan mobil pribadi, maka saya sangat menyarankan Anda untuk lewat jalur luar saja, terutama bagi Anda yang masih belum tatag dalam mengemudikan mobil. Jalur luar yang dimaksud adalah Anda mengambil arah keluar dari Tabuhan masuk ke jalur Pracimantoro-Punung-Pacitan, kemudian ambil ke arah Punung. Sebelum Punung ada plang belok kanan ke arah Goa Gong (ingat, Goa Gong dkk selalu ada di arah selatan). Ikuti jalan tersebut. Jika lewat jalur luar ini, hanya diperlukan waktu 30 menit paling lama. Jika lewat jalur dalam, medannya cukup berat: jalan tidak seberapa bagus, lagi-lagi ngepress untuk papasan 2 mobil, sering ada tanjakan yang kelihatannya tanpa ujung, lewat persawahan yang tanpa penduduk, dan lagi lebih jauh. Jika lewat jalur dalam, butuh waktu 45 menit bonus tangan pegel. Baik lewat jalur luar atau jalur dalam, nanti Anda akan bertemu perempatan yang sangat aneh dan petunjuk yang sangat aneh juga. Ciri-ciri perempatan ini adalah di bagian kanan terdapat lapangan luas, dan jalur lurusnya agak menanjak, jalur ke kanan agak menurun. Perhatikan! Untuk menuju ka Goa Gong ambil jalur paling kiri, belok ke kiri. Kemudian, jika arah Anda benar, 200 m setelah perempatan itu, sampailah Anda di Goa Gong.
Goa Gong merupakan goa andalan wisata Pemkab Pacitan. Selain pesonanya yang sangat wow, juga eksotisme buatan alam yang sangat eksotis. Saya ke Goa Gong baru 3 kali. Pertama waktu saya masih bayi (-,,-), kedua ketika kelas 2 SMP, dan terakhir ketika sudah kuliah. Jeda waktu 6 tahun sudah terjadi banyak perubahan di Goa Gong. Ketika kelas 2 SMP, Goa Gong menjadi sangat menarik dikunjungi karena murah dan tidak perlu aneh-aneh sewa guide. Dulu, Goa Gong dilengkapi dengan pencahayaan warna-warni yang sangat indah menyoroti stalagtit-stalagmit yang sangat indah juga. Setiap zona bebatuan atau sumber juga dilengkapi tulisan penjelas dan sejarahnya. Terakhir ke Goa Gong kemarin, semua fasilitas itu sudah tidak ada. Pencahayaan dalam goa sangat temaram, hanya beberapa lampu putih disebar di spot yang tidak merata. Tulisan-tulisan di zona-zona juga sudah dihilangkan sehingga pengunjung mau tidak mau 'dipaksa' untuk sewa senter (harganya sukarela sih, biasanya Rp 10000-20000) dan sewa guide warga sekitar jika memang benar-benar ingin tahu detil-detil lokasi goa. Tulisan batu gong yang bisa ditabuh membentuk suara gong pun juga telah dihilangkan. Untuk masuk ke goa ini, pengunjung dikenakan biaya Rp 30.000 dan parkir mobil Rp 5000. 
Goa Gong ini menyimpan eksotisme yang lebih dahsyat daripada Goa Tabuhan. Karena di goa ini, selain terdapat stalagtit-stalagmit, terdapat beberapa sumber yang masing-masing memiliki ceritanya sendiri. Yang jelas, khasiat dari sumber-sumber itu adalah sama: membuat lebih awet muda (di goa mana aja juga khasiatnya sama kok). Jika Anda ingin melihat stalagtit-stalagmit yang masih hidup, Anda bisa melihat di Goa Gong ini. Stalagtit-stalagmit yang masih hidup bertebaran di kanan kiri Anda. Tapi ingat, jangan sekali-kali menyentuhnya. Batuan kristal yang sudah jadi pun juga bertebaran di kanan kiri Anda. Selama di dalam goa, Anda akan melewati track dengan dominasi tangga naik dan turun dengan panjang hingga 800 meter. Siapkan tenaga untuk ini, karena di dalam goa akan sangat pengap karena minimal oksigen di dalamnya.
Goa ini sangat eksotis. Pintu masuk yang sangat kecil, tapi goanya setara dengan luas rumah tipe 300 dengan 4 lantai. Sangat eksotis. Ditambah lagi dengan adanya stalagtit berbentuk lempeng yang jika dipukul suaranya mirip dengan gong besar: nada rendah, gagah, namun membahana. Berhubung tidak ada lokasinya, maka saya tunjukkan lokasinya. Lokasinya berada di ujung goa, ketika Anda sudah tiba di dasar goa dan jalan sudah akan naik lagi, disitu terdapat tangga yang sempit dan di kanannya terdapat 2 stalagtit berbentuk lempeng. Itulah batu gong. Coba Anda tabuh dan Anda akan tergetar karena suasananya. Tidak perlu takut dengan kata-kata kalau batunya ditabuh terus nanti bisa copot lho. Buktinya, sudah 7 tahun saya tinggal dan hampir tiap waktu ditabuh, tetap saja tidak berubah dari kedudukannya.
Selain goa yang indah, Anda bisa membeli hiasan-hiasan dari batu marmer atau bagi Anda penggemar akik bisa membeli suvenir khas Pacitan di pelataran Goa Gong. Selain hiasan marmer dan batu akik, yang menjadi ciri khas Goa Gong adalah tempe yang dibungkus dengan daun jati. Tempe ini, jika dimasak, memiliki rasa yang sangat khas jika dibanding tempe bungkus daun pisang, apalagi tempe bungkus koran atau bungkus plastik. Atau jika ingin makan siang, Anda bisa menikmati pecel gunung dengan harga yang relatif terjangkau.

 Berdiri Megah Perkasa (Taken by Nikon D3100 fotografer Adi Nugroho Habibie)
Ini lho suasana dalam goa (Taken by Nikon D3100 fotografer Adi Nugroho Habibie)

POS 4: PANTAI KLAYAR DAN SERULING SAMUDERA

Waini. Waini. Ini lokasi yang paling ditunggu dan menjadi spot paling favorit (bagi yang tahu). Obyek wisata ini kurang mendapatkan sentuhan oleh Pemkab Pacitan. Selain karena aksesnya yang nyempil dan jauh dari mana-mana, juga karena pantai ini cukup berbahaya.
Biasanya pantai ini menjadi standar kunjungan lanjutan bagi wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi (motor/mobil) setelah berkunjung ke Goa Gong. Mohon maaf, bis besar sama sekali tidak bisa menuju ke pantai ini. Pentok pun dengan bis mini kapasitas 30 orang, tentunya harus dengan driver yang sangat berpengalaman. Satu-satunya akses terdekat dari goa gong adalah lewat jalur dalam. Dari jalur dalam ke Pantai Klayar dibutuhkan waktu sekitar 35 menit dengan jarak tempuh 10 kilometer. Medan sangat berat. Terdiri dari jalan yang sangat kecil (kalau papasan, salah satu harus minggir benar-benar minggir, atau masuk ke gang atau pelataran rumah warga), medan menanjak, tikungan tiba-tiba, banyak blank spot. Namun, ketika Anda tiba di lokasi Pantai Klayar, segala perjuangan Anda akan terbayarkan dengan derai airmata haru akan eksotisme taktergantikan pantai Klayar. Tiket masuk? Jangan khawatir. Sudah saya bilang di Pacitan tidak ada yang mahal. Cukup Rp 3000 dan parkir mobil Rp 5000 saja Anda sudah bisa berleha-leha di pantai Klayar.

Masih berpikir lokasi seperti ini hanya ada di luar negri? Ini di Indonesia bung. Tepatnya di Pulau Jawa bagian selatan, yang katamu daerah terisolir itu (Taken by Sony Xperia X10 Mini Pro dengan sedikit editing dengan Corel Photo-paint X5)


Ketika Anda memandang ke arah barat, maka Anda akan memperoleh pemandangan nan menghijau asri. Ada sedikit padang rumput di atas bebukitan, mirip seperti yang pernah Anda saksikan di film-film buatan Amerika (Taken by Nikon D3100 fotografer Adi Nugroho Habibie)


Data petunjuk Pantai Klayar di deretan paling barat dari deretan warung-warung


Foto diatas adalah salah satu bagian paling ngeri dari Pantai Klayar ini. Sebuah pantai yang diapit oleh dua buah bukit karang dengan ombak yang sangat ganas, gelombang yang terus menerus bergerak karena terpantul sisi kanan-kiri bebukitan. Dan uniknya, sepotong pantai ini memiliki ketinggian permukaan air yang lebih tinggi dari permukaan pantai di sebelahnya. Mungkin, sekali Anda terjebak di pantai kecil ini, Anda tidak akan kembali selamanya (banyak kasus yang tercebur kesini dan tidak selamat). Inilah mengapa saya mengatakan Pantai Klayar cukup berbahaya. Struktur pantai yang berkarang-karang keras dengan ombak yang besar karena berhadapan langsung dengan samudera Hindia. Sebaiknya, jangan bermain air di Pantai Klayar ini.
Setelah puas melihat keelokan alam Pantai Klayar, Anda bisa berjalan ke arah timur menyusuri pantai hingga bertemu sebuah warung kecil di ujung paling timur pantai ini (bagian timur pantai ini dibatasi oleh tebing kapur). Dari situ, jika Anda ingin melihat fenomena seruling samudera, Anda bisa minta tolong diantarkan oleh Tim SAR setempat. Saya menyarankan untuk minta tolong diantarkan karena medan yang akan Anda lalui cukup berbahaya: melewati sisi karang, meskipun cukup luas, tapi ombak dari 'pantai kecil' yang saya ceritakan tadi kadang sampai ke atas sisi karang tersebut. Dan juga seruling samudra ini langsung menghadap ke Samudera Hindia, ombaknya ganas. Waktu paling tepat untuk berkunjung ke seruling samudera adalah ketika laut tengah surut. Ketika ombak mulai besar, segeralah kembali ke pantai daripada Anda tidak dapat kembali ke pantai karena gelombang semakin tinggi. 
Fenomena seruling samudera ini sebenarnya adalah teknologi alam paling dahsyat. Bebatuan karang memiliki celah kecil yang kedap udara yang berhubungan langsung dengan deburan ombak di selatan. Lorongnya hanya sekitar 2 meter dengan diameter yang tidak terlalu besar. Setiap ada ombak yang menabrak karang, maka seruling ini akan memancarkan air keluar seperti ikan paus dan mengeluarkan suara yang merdu bak seruling. Setelah itu, akan ada gerakan menyedot dari seruling ini setelah semua air disemburkan. Air yang tersisa di sekitarnya, akan tersedot kembali masuk ke seruling ini. Fenomena ini dahsyat dan hanya ada satu di pulai Jawa.

Semburan Sang Seruling Samudera (Taken by Sony Xperia X10 Mini Pro)

Setelah puas berjalan-jalan di lokasi Pantai Klayar dan Seruling Samudera, saya yakin Anda pasti lapar. Mampirlah ke warung di pinggir pantai. Anda ingin makan Soto, ada. Ingin makan Nasi Rames (Nasi Campur ala Jawa Tengahan) lengkap dengan sayur tewel (jika di Jawa Tengah sayur gori/jangan nangka), ada juga. Mau ikan-ikan laut, ada juga. Semua menu disediakan dengan harga Rp 5000-7000 sesuai dengan lauk. Lebih nikmat lagi jika Anda menikmati Es Degan seharga Rp 5000 per biji bulat. Berbagai cemilan juga dijual dengan harga murah, cukup Rp 500 saja. Saya sarankan Anda mencoba tahu gorengnya. Wenak poll, nikmat poll. Disantap di tepi pantai, sembari minum es degan. Sluuuurp!

POS 5: PANTAI SRAU

Pantai Srau merupakan pantai yang berada di sebelah timur cukup jauh dari Pantai Klayar. Pantai ini kurang diminati oleh wisatawan karena lokasinya yang terlalu sepi, minim fasilitas. Kabarnya, di tebing sebelah barat pantai ini juga terdapat ularnya. Sehingga wisatawan jadi enggan berkunjung. Padahal, pantai ini juga cukup bagus dan sangat memungkinkan bagi yang suka berenang atau berselancar. Meskipun ombaknya tidak terlalu besar, cukup lah untuk berselancar.
Pantai ini dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi. Dari Kota Pacitan, Anda menuju ke arah barat (arah Punung) lewat jalur paling selatan. Sekitar 10 km dari kota, Anda akan menemukan belokan ke kiri sesudah tikungan dan setelah belokan tersebut ada tikungan. Tepat di belokan (pertigaan) tersebut, terdapat warung-warung. Anda tinggal belok kiri, dan ikuti jalur terus sejauh 3 km. Jika Anda menemui pertigaan, maka jika Anda berbelok ke kanan, Anda akan ke arah Pantai Watukarung dan Pantai Klayar.
Tiket masuk ke pantai ini juga sangat murah, cukup Rp 3000 per orang. Kebetulan pada kunjungan terakhir saya tidak mampir ke Pantai Srau karena waktu sudah berujung senja. Terakhir pergi ke Srau adalah ketika saya kelas 3 SMA, hampir pengumuman SNMPTN. Kira-kira 3 tahun yang lalu. Memang fasilitasnya sangat kurang. Tapi ada yang istimewa di Srau. Ada sebuah gubug kecil di sisi barat pantai. Bisa digunakan untuk tidur-tiduran karena terdapat beberapa kursi dari bambu, sembari menikmati angin yang semilir pelan-pelan dari pantai Srau. Jika Anda gemar memancing, maka Anda bisa dengan hati-hati memanjat tebing dan duduk di semenanjung untuk memancing. Biasanya, dari pagi-siang dan malam, terdapat banyak pemancing yang duduk di semenanjung. Kabarnya ada banyak ikan di semenanjung tersebut. Atau bagi Anda yang ingin berenang atau bermain air, dipersilakan karena ombaknya tidak begitu besar dan pantai ini karakteristiknya landai. Pantai ini terletak di teluk yang kecil. Sehingga ombaknya tidak terlalu besar. Pasirnya yang putih benar-benar memanjakan Anda.
Sayangnya, fasilitas kamar mandi/bilas tidak berfungsi dengan baik. Untuk bilas, Anda harus menimba sendiri air dari sumur yang ada di tepi pantai. Meskipun sumur terletak di tepi pantai, tapi airnya seperti air sumur di pegunungan.

Yakk, dan demikianlah akhir dari cerita Pacitan: Pesona yang Tertunda. Sebenarnya, tidak hanya ini saja obyek wisata yang benar-benar khas Pacitan. Masih ada Pantai Watukarung yang kabarnya pesonanya tidak boleh diabaikan. Kabarnya masih ada juga air terjun yang menawan di sebelah utara Pacitan (namun saya belum tahu rutenya lewat mana). Pacitan masih menjadi suatu tempat dambaan dan penuh misteri bagi saya. Kehidupan warganya yang penuh ramah tamah dan tenang, juga alamnya yang menyimpan eksotisme tersendiri: menyiratkan kebanggaan bahwa segala keindahan itu terdapat di Indonesia.  Semoga Anda tidak bosan membaca tulisan yang super panjang ini :)
Akhir kata, tetap menjelajah. Jangan lupa mampir ke Pacitan ketika Anda lelah dan butuh ketenangan. Pacitan menawarkan segepok keindahan dengan biaya yang sangat mudah dijangkau jika dibandingkan Anda harus melakukan trip ke luar negri.


Komentar

  1. postingannya bermanfaat banget buat orang yang lagi ngidam pengen ke pantai klayar dan pacitan mas. Terimakasih ^^

    BalasHapus
  2. tgl 30 agustus ...kami kemari...makasih infonya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer